Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2010

Cerita "Sutan Nan Garang" dalam Randai Kuantan, Kab. Kuantan Singingi

1. PENGANTAR Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk folklor. Cerita ini hidup dan tersebar di dalam masyarakat melalui penceritaan secara lisan dari generasi ke generasi. Menurut William R. Bascom (Danandjaja, 1984:50) cerita rakyat tersebut dapat berbentuk mite, legenda, atau cerita dongeng. Sementara tokohnya dapat berupa manusia dan juga binatang, seperti pada cerita fabel. Di dalam penyampaiannya, cerita rakyat dapat diceritakan tanpa persyaratan tertentu. Cerita dapat disampaikan oleh siapapun yang mengetahui cerita tersebut, kepada siapapun, dalam situasi apapun tanpa diiringi oleh alat apapun. Akan tetapi, ada pula cerita rakyat yang ditampilkan ke hadapan penikmatnya dengan cara tertentu dan dengan dukungan alat-alat tertentu. Salah satu bentuk penyampaian cerita yang ada di Kuantan Singingi adalah randai. Menurut Hamidy (1980:7) randai berasal dari kata berandai-andai, yang berarti ‘yang diumpamakan’ atau ‘yang dimisalkan’. Pendapat tersebut didasari pada bentuk perma

Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah (Uli Kozok)

1. SEKILAS NASKAH-NASKAH KERINCI Kerinci terletak di Provinsi Jambi. Di daerah ini tersimpan banyak naskah yang dianggap sebagai pusaka oleh masyarakat sehingga cukup terpelihara. Petrus Voorhoeve dalam Tambo Kerintji memuat 261 naskah Kerinci. Tiga naskah di antaranya (nomor 259, 260, dan 261) disimpan di Museum Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (cikal bakal Museum Nasional) dan sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ke- 261 naskah tersebut dengan perincian sebagai berikut: 1.Dua puluh satu naskah dianggap tidak layak diteliti karena: @ tidak ditemukan datanya (TK 76 dan 253) @ “naskah” yang ada yang hanya cap saja (TK 46, 83, 210, 233, dan 247) @ Nyaris tidak dapat dibaca sama sekali (TK 47, 48, 51, 52, 53, 71, 72, 255, dan 256) @ “naskah” hanya berisi rajah (TK 166) @ Cap perak (TK 29) @ Sehelai kain dengan tulisan Jawa yang sudah tidak terbaca lagi (TK 225) @ Kliping surat kabar berbahasa Perancis (TK 82) @ Se

Dari Yulita Fitriani ke Yunita, dari Ipit ke Pipit

Namaku YULITA FITRIANA. Terpaksa ditulis dengan huruf besar karena entah mengapa, nama itu sering ditulis secara salah. Aku lahir di Baserah, 14 Juli 19 ... Tahun kelahiran itu sengaja tidak ditulis dengan lengkap. Hal itu bukan untuk membenarkan pendapat bahwa perempuan sering tidak ingin diketahui umurnya. Bukan itu alasannya. Toh, menjadi tua itu adalah kodrat...mengapa juga harus malu dengan itu. Alasan sebenarnya adalah masalah keamanan. Aku memang bukan selebritis atau pejabat, tapi aku cukup ngeri membaca penyalahgunaan data pemakai internet oleh oknum-oknum iseng dan tak bertanggung jawab. Jadi, untuk jaga-jaga saja... Namaku YULITA FITRIANA. Aku lahir pada waktu maghrib di hari Rabu. Namanya juga zaman dahulu, jadi kelahiran itu tidak ditangani seorang dokter atau bidan, tapi cukup dukun kampung yang juga masih tergolong saudara. Kata ibuku, sewaktu lahir, aku hanya sebesar botol. Aku memang tidak bertanya lebih lanjut, sebesar botol apa. Botol kecap, botol sirup atau botol

Urang Awak Babahaso Inggris

Rosna ngan kos di Toluak, asyiak baliak malam. Kabiasannyo tu mambuek kawan-kawan kosnyo male mambukakkan pintu satiap enyo baliak. Suatu malam, Rosna la baliak malam pulo. Enyo mangotuak-ngotuak pintu rumah kosnyo, tapi ndak ado surang juo ngan omua mambukakkan pintu. Akhirnyo, Rosna ngan la ngantuak dan kosal basoru "open the door..kalau tidak... kupanjat the window.." Karena ndak tahan mandongar suaro pintu dan suaro Rosna ngan mamokakkan talingo, salah surang kawannyo mambukakkan pintu untuak Rosna. Rosna ngan kahausan, langsung ka dapuar mancari air. Sebuah cerek ngan ado di ate meja dituangkannyo ka gole. Dek dahago, Rosna pun maminum air itu. Suda tu tadongar suaro Rosna, "pan*** (sensor), hot water ko ma" ....  katanyo kaangek-an ...

Kumpulan "Syair Surat Kapal" dari Kabupaten Indragiri Hulu

SYAIR SURAT KAPAL ACARA PESTA PERKAWINAN SYAMSIDIR DENGAN SARI DEWI SEI. BERINGIN, SABTU 3 SEPTEMBER 2005 PENGARANG DAN PENYAIR : ABDUL KADIR 1. Awal perbuatan bace bismillah Jike selosai disudahi alhamdulillah Agar setan tiade mencolah Supaye hasilnye diredhoi Allah 2. Kisah dikarang ponoh becinte Propil adat si orang mude Para undangan mendongo cerite Sambil menyantap hidangan yang ade 3. Pokanbaru kote betuah Cik Puan Dewi tompatnye kuliah Jurusan tontu bahasa dan sastra Hobi menari juge bakat derama 4. Dengan tidak disangke-sangke Kumbang yang datang sudah bepunye Sudah kehendak Yang Maha Kuase Tiade tebayang bepindah bunge 5. Hikayat terukir kini tercatat Kenangan manis pertame kudapat Empat Oktober 2004 Orang Bengkalis cinteku borat 6. Dik selalu betomu pandang Hati di dalam hasrat begoncang Terusik malu ragu dan bimbang Jadi mengongkam curhat terangsang 7. Ibarat uas betomu buku Curhat menggobu sekaranglah tahu Hajat lopas aku dan engkau

Pengarang-Pengarang Riau

1.                  Soeman Hs. Soeman Hs lahir di Bengkalis, 4 April 1904. Karya sastra yanng pernah dihasilkannya adalah Kasih Tak Terlerai (1930), Percobaan Setia (1932), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Tebusan Darah (1939), dan Kawan Bergelut (1941). Beberapa orang yang sudah membicarakan karyanya diantaranya Bibra, Sistini Lidya. 1986. “Gambaran Sistem Kehidupan Sosial dalam Karya Soeman Hs..”  Skripsi FKIP Unri dan Suryadi. 1988. “Tinjauan Unsur Intrinsik Roman Karya Soeman Hs..” Skripsi FKIP Unri. Susanti, Eva. 1998. “Tinjauan Roman Tebusan Darah Karya Soeman Hs.”. Skripsi, FKIP Unri. 2. Abdul Kadir Ibrahim Penyair ini lahir 4 Juni 1967 di Kelarik Ulu Bunguran Barat Natuna, Kepulauan Riau. Dia lebih suka dipanggil Akib. Aktif dalam berbagai pertemuan dan seminar yang menyangkut sastra di Pekanbaru. Tidak kurang dari  empat pergelaran teater seperti Nyanyian Pantai Nyanyian Kesangsian (1990), Rang Gni (1991), Mateo Falcone (1991), dan  Jerit Tengah Malam (1992)

Kepergianmu ...

Gambar
: tuk Tino ... waktu juga akhirnya membasuh perih dari kepergianmu meninggalkan kefanaan menuju kekekalan waktu juga akhirnya memberi kesabaran akan sebuah kehilangan sebuah tonggak sejarah diri waktu juga akhirnya mengajari keikhlasan menerima duka dari suatu yang memang harusnya biasa Kuharap waktu juga 'kan meletakkan senyum di bibir yang kaku karena lara                                (Yogya, Juni 2008)

Teki-Teki Rantau Kuantan: Penutur, Fungsi, Waktu, dan Bahasa

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Riau. Daerah ini berbatasan dengan beberapa kabupaten dan beberapa provinsi. Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan, di Selatan dengan Provinsi Jambi, di Barat dengan Provinsi Sumatera Barat, dan di sebelah Timur dengan Kabupaten Indragiri Hulu. Sebagian besar penduduk Kabupaten Kuantan Singingi adalah orang Melayu yang sehari-hari menggunakan bahasa Melayu dengan dialek khas Kuantan Singingi. Bahasa inilah yang menunjang tradisi tulisan dan terutama lisan di daerah ini. 1. Penutur Toka-toki Di dalam penelitian ini pembicaraan mengenai penutur teka-teki di dalam masyarakat Kuantan Singingi dibagi atas tingkatan usia, tingkatan sosial, dan tingkatan pendidikan. Di dalam masyarakat Kuantan Singingi, penutur toka-toki tidak terbatas pada tingkatan usia tertentu. Semua usia, mulai dari usia anak-anak sampai dewasa menjadi bagian dari penutur toka-t

Bentuk-Bentuk Toka-toki Kuantan Singingi

Toka-Toki dalam Sastra Lisan Kuantan Singingi dapat dibagi atas beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut. 1. Toka-toki Berbentuk Pengulangan Toka-toki masyarakat Kuantan Singingi yang berbentuk pengulangan ini terbagi atas toka-toki berbentuk pengulangan bunyi dan toka-toki berbentuk pengulangan kata. Penganalisisan terhadap toka-toki berbentuk pengulangan kata dibagi pula atas pengulangan kata di awal dan di akhir kalimat. Hal tersebut akan dibahas satu per satu sebagai berikut. 1.1 Toka-toki Berbentuk Pengulangan Bunyi Toka-toki berbentuk pengulangan bunyi ini adalah toka-toki yang bagian-bagian toka-toki tersebut membentuk perulangan bunyi. Hal tersebut terlihat pada beberapa toka-toki berikut. Toka-toki kok ular mati pandai merokok Sapo dapek den tokok ‘teka-teki kok ular mati pandai merokok Siapa dapat saya tokok (pukul)’ Pada toka-toki tersebut, pengulangan terdapat pada akhir kata atau kalimat. Pengulangan itu berupa permainan buny