Ajaran Islam dalam Pantun Rantau Kuantan
Di dalam bukunya Kearifan Puak Melayu Riau Memelihara Lingkungan Hidup (2001:7-12), UU Hamidy menyatakan bahwa terdapat lima kategori yang menyatakan seseorang dapat disebut sebagai orang Melayu. Di beberapa tempat, Islam merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi apabila seseorang hendak dikatakan sebagai orang Melayu. Karena kategori ini, orang Cina yang masuk Islam dianggap pula masuk Melayu.
Semenjak orang Melayu (Riau) bersentuhan dengan agama Islam, berbagai kebudayaan yang ada sebelumnya, seperti animisme dan budaya Hindu-Budha sudah pula menjelma menjadi kebudayaan yang diberi nuansa dan sentuhan Islam. Demikian pula dengan sastra lisan yang hidup di Rantau Kuantan, seperti tradisi pantun yang memang sudah berurat berakar di dalam masyarakat.
Pantun memuat berbagai hal yang berkenaan dengan kondisi sosial budaya masyarakat Rantau Kuantan. Salah satunya adalah masalah kepercayaan atau agama yang dianut masyarakat tersebut. Di dalam pantun, ajaran-ajaran Islam yang menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan orang Rantau Kuantan tergambar dengan jelas. Beberapa ajaran Islam yang ada di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan itu didedah satu per satu di dalam pembahasan berikut.
1. Ajaran Tauhid
Tauhid adalah ajaran yang paling utama dan mendasar di dalam Islam. Ajaran tauhid adalah ajaran mengenai keesaan Allah, Sang Pencipta Alam Semesta. Ajaran ini menghendaki munculnya kesadaran pada manusia bahwa Allah itu satu (esa). Kepercayaan ini menggeser kepercayaan animisme dan dinamisme, juga ajaran Hindu-Budha yang menganut politeisme, yaitu kepercayaan terhadap banyak roh halus atau dewa. Ajaran Islam yang monoteisme menggantikan kepercayaan masyarakat Melayu yang politeisme.
Di dalam Islam, terdapat rukun Islam yang berjumlah lima, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Syahadat ditempatkan pada urutan pertama karena syarat utama Islamnya seseorang adalah membaca dua kalimat syahadat (syahadatain). Dua kalimat syahadat itu adalah Asyhaduallailahaillallah dan Asyhaduannamuhammada rrasulullah. Kalimat yang pertama Asyhaduallailahaillallah mempunyai arti ‘Aku mengaku Allah itu satu’. Semua ajaran Islam berdasarkan pada pengakuan akan keesaan Allah ini. Tidak diperkenankan adanya pengakuan terhadap kekuasaan lain, selain kekuasaan Allah semata, seperti yang ditegaskan dalam surat Al A’raaf ayat 59 yang berbunyi “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Selain itu, ajaran ketauhidan ini juga terdapat pada surat Al Ikhlas dan Al Anbiyaa ayat 25.
Hal tersebut diyakini pula oleh masyarakat Rantau Kuantan. Keyakinan tersebut kemudian tercermin di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan.
Banyak bulan pakaro bulan
Bulan puaso bulan kito
Banyaklah Tuhan pakaroTuhan
Tuhan nan oso Tuhan kito
(Banyak bulan perkara bulan
Bulan puasa bulan kita
Banyaklah Tuhan perkara Tuhan
Tuhan yang Esa Tuhan kita)
Masyarakat Rantau Kuantan menyadari bahwa banyak kepercayaan dan agama yang ada dan dipercaya oleh manusia. Banyak Tuhan atau sesuatu yang dituhankan oleh manusia. Akan tetapi, bagi orang Melayu yang beragama Islam, Tuhan mereka adalah Allah yang esa.
Perkara ketauhidan ini diungkapkan pula dalam pantun yang lain.
Potang iko potang Sotu
Potang isuak petang Ahad
Indak basuo wujud nan Satu
cubo tengok dalam tarekat
(Petang ini petang Sabtu
Petang besok petang Ahad
Tidak bersua wujud yang satu
Coba tengok dalam tarekat)
Tarekat merupakan salah satu cara bagi masyarakat Melayu untuk mengenal Allah secara lebih baik. Tarekat dianggap salah satu jalan menuju kebenaran yang hakiki, yaitu kebenaran Allah. Orang-orang yang mengikuti tarekat berusaha untuk tidak lagi menggeluti keduniawian secara berlebihan. Fokus utama mereka adalah mencapai keridaan Allah dengan melakukan banyak ibadah.
2. Pengakuan terhadap Nabi Muhammad
Di dalam agama Islam terdapat rukun iman yang di dalamnya terkandung enam hal yang harus dipercayai keberadaannya oleh umat Islam. Rukun iman itu terdiri atas kepercayaan terhadap Allah, malaikat, nabi dan rasul, makhluk-makhluk gaib, qadha baik dan buruk, serta hari akhirat.
Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, rukun iman ketiga yang harus dipercayai oleh umat Islam adalah adanya nabi dan rasul yang diutus Allah untuk membimbing manusia menuju jalan dan keridaan Allah. Banyak nabi yang dikenal di dalam Islam, sementara ada dua puluh lima rasul yang wajib diketahui dan dipercayai. Masing-masing Rasul ini diutus pada umat tertentu kecuali Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Dia merupakan nabi dan Rasul Allah yang terakhir yang ditugaskan untuk memperbaiki akhlak manusia.
Pengakuan terhadap nabi dan rasul dan kepercayaan terhadap banyaknya nabi dan rasul ini muncul di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan sebagai berikut.
banyak la ari pakaro ari
ari jumat ari kito
banyak nabi pakaro nobi
Nobi Muhammad nan nabi kito
(Banyak hari perkara hari
Hari Jumat hari kita
Banyak nabi perkara nabi
Nabi Muhammad yang nabi kita)
Seperti juga pengakuan keislaman seseorang melalui ucapan syahadat Asyhaduallailah aillallah yang mempunyai arti ‘aku mengaku Allah itu satu’, maka pengakuan serupa perlu pula dilakukan terhadap nabi Muhammad dengan lafaz Asyhaduannamuhammadarrasulullah bahwa ‘Muhammad itu utusan Allah’. Tanpa mengabaikan kepercayaan terhadap nabi dan rasul lainnya, Nabi Muhammad memang mendapatkan tempat yang lebih istimewa di hati umat Islam, termasuk masyarakat Rantau Kuantan.
3. Menuntut Ilmu
Di dalam Islam, mempunyai ilmu merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Surat pertama yang turun kepada Nabi Muhamammad SAW adalah surat Al Alaq 1– 5 yang berbunyi:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Jadi, di dalam Islam yang pertama diajarkan adalah anjuran untuk membaca. Membaca adalah bagian dari proses menuntut ilmu. Dengan membaca, baik dalam arti harfiah maupun dalam arti yang lebih luas, yaitu menuntut ilmu, manusia akan mengetahui banyak hal dalam kehidupan. Dia juga dapat mengatasi berbagai kesulitan yang ditemui dengan ilmu yang dipunyainya. Allah bahkan menjanjikan dalam surat Al Mujaadalah ayat 11 “….Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.”
Melalui pemahaman keagamaan yang didapatnya, masyarakat Rantau Kuantan juga sangat menyadari pentingnya ilmu pengetahuan bagi mereka. Hal tersebut tercermin dari pantun yang hidup dalam masyarakat.
tobang tobu tasindayung
tasindayung ka Malako
tuntuik alemu kan ganti payung
payung pandendeng api naroko
(tebang tebu tasindayung
Tasindayung ke Malaka
tuntut ilmu kan ganti payung
payung pendendeng api neraka)
Di dalam pantun di atas, ilmu pengetahuan dikiaskan sebagai payung yang dapat melindungi manusia dari kesilapan karena ketidaktahuan mengenai ajaran agama. Diharapkan dengan demikian manusia tidak akan merasakan azab neraka.
Masyarakat Rantau Kuantan juga menyadari bahwa jika hendak menuntut ilmu, sebaiknya dilakukan sedini mungkin, ketika masih muda. Hal itu disebabkan ketika masih muda, ilmu yang didapat akan cepat terserap dan lama melekat di pikiran. Orang muda yang dianggap masih baik kondisi tubuhnya akan memudahkan proses pencarian ilmu tersebut. Apabila ketika masih muda, orang segan atau malas mencari ilmu, dikhawatirkan ketika tua kondisi kesehatan sudah tidak maksimal lagi untuk mencari ilmu, seperti yang tergambar dalam pantun berikut.
anak buayo di dalam padi
tibo di padi makan racun
kotu mudo sogan mangaji
kini la tuo mata la rabun
(anak buaya di dalam padi
tiba di padi makan racun
waktu muda segan mengaji
kini sudah tua mata sudah rabun)
Pada pantun lain tergambar pula bahwa dengan berguru (menuntut ilmu) dapat mengurangi dosa yang ada pada manusia. Pada dasarnya yang dimaksud dengan hal tersebut adalah dengan ilmu kita dapat mengetahui mana hal-hal yang baik dan mana hal-hal harus dihindari karena tidak diperbolehkan oleh ajaran agama.
marilah kito poi baburu
rusonyo banyak di dalam hutan
marilah kito poi baguru
doso banyak di dalam badan
(marilah kita pergi berburu
rusanya banyak di dalam hutan
marilah kita pergi berguru
dosa banyak di dalam badan)
4. Larangan Meminum Minuman Keras
Di dalam ajaran Islam meminum minuman keras merupakan salah satu dosa besar. Perbuatan meminum minuman keras akan mengakibatkan rentetan perbuatan lain yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Di dalam surat Al Baqorah ayat 219 dinyatakan sebagai berikut.
Mereka bertanya padamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:”Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”:…
Surat tersebut diperkuat pula dengan surat lain yang menyatakan bahwa perbuatan judi merupakan perbuatan setan dan hendaknya dijauhi. Hal tersebut tercantum dalam surat Al Maidah ayat 90:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khmar, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perebuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Masyarakat Rantau Kuantan menasehati orang yang mabuk dengan pantun yang berbunyi sebagai berikut.
sungguah banyak urang manangguak
manangguak indak ado gunonyo
sungguah banyak urang nan mabuak
mabuak indak ado gunonyo
(sungguh banyak orang menangguk
menangguk tidak ada gunanya
sungguh banyak orang yang mabuk
mabuk tidak ada gunanya)
Masyarakat Raantau Kuantan menyadari bahwa perbuatan meminum-minuman keras tidak mempunyai manfaat, bahkan merugikan karena dapat merusak jaringan otak dan mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang negatif.
Selain beberapa ajaran Islam di atas, masih banyak ajaran-ajaran Islam yanng terkandung di dalam pantun masyarakat Melayu Rantau Kuantan, misalnya mengenai larangan berdusta, larangan memfitnah, puasa, dan pandangan mengenai amanah.
(tulisan ini dimuat di Majalah Sagang)
Semenjak orang Melayu (Riau) bersentuhan dengan agama Islam, berbagai kebudayaan yang ada sebelumnya, seperti animisme dan budaya Hindu-Budha sudah pula menjelma menjadi kebudayaan yang diberi nuansa dan sentuhan Islam. Demikian pula dengan sastra lisan yang hidup di Rantau Kuantan, seperti tradisi pantun yang memang sudah berurat berakar di dalam masyarakat.
Pantun memuat berbagai hal yang berkenaan dengan kondisi sosial budaya masyarakat Rantau Kuantan. Salah satunya adalah masalah kepercayaan atau agama yang dianut masyarakat tersebut. Di dalam pantun, ajaran-ajaran Islam yang menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan orang Rantau Kuantan tergambar dengan jelas. Beberapa ajaran Islam yang ada di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan itu didedah satu per satu di dalam pembahasan berikut.
1. Ajaran Tauhid
Tauhid adalah ajaran yang paling utama dan mendasar di dalam Islam. Ajaran tauhid adalah ajaran mengenai keesaan Allah, Sang Pencipta Alam Semesta. Ajaran ini menghendaki munculnya kesadaran pada manusia bahwa Allah itu satu (esa). Kepercayaan ini menggeser kepercayaan animisme dan dinamisme, juga ajaran Hindu-Budha yang menganut politeisme, yaitu kepercayaan terhadap banyak roh halus atau dewa. Ajaran Islam yang monoteisme menggantikan kepercayaan masyarakat Melayu yang politeisme.
Di dalam Islam, terdapat rukun Islam yang berjumlah lima, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Syahadat ditempatkan pada urutan pertama karena syarat utama Islamnya seseorang adalah membaca dua kalimat syahadat (syahadatain). Dua kalimat syahadat itu adalah Asyhaduallailahaillallah dan Asyhaduannamuhammada rrasulullah. Kalimat yang pertama Asyhaduallailahaillallah mempunyai arti ‘Aku mengaku Allah itu satu’. Semua ajaran Islam berdasarkan pada pengakuan akan keesaan Allah ini. Tidak diperkenankan adanya pengakuan terhadap kekuasaan lain, selain kekuasaan Allah semata, seperti yang ditegaskan dalam surat Al A’raaf ayat 59 yang berbunyi “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Selain itu, ajaran ketauhidan ini juga terdapat pada surat Al Ikhlas dan Al Anbiyaa ayat 25.
Hal tersebut diyakini pula oleh masyarakat Rantau Kuantan. Keyakinan tersebut kemudian tercermin di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan.
Banyak bulan pakaro bulan
Bulan puaso bulan kito
Banyaklah Tuhan pakaroTuhan
Tuhan nan oso Tuhan kito
(Banyak bulan perkara bulan
Bulan puasa bulan kita
Banyaklah Tuhan perkara Tuhan
Tuhan yang Esa Tuhan kita)
Masyarakat Rantau Kuantan menyadari bahwa banyak kepercayaan dan agama yang ada dan dipercaya oleh manusia. Banyak Tuhan atau sesuatu yang dituhankan oleh manusia. Akan tetapi, bagi orang Melayu yang beragama Islam, Tuhan mereka adalah Allah yang esa.
Perkara ketauhidan ini diungkapkan pula dalam pantun yang lain.
Potang iko potang Sotu
Potang isuak petang Ahad
Indak basuo wujud nan Satu
cubo tengok dalam tarekat
(Petang ini petang Sabtu
Petang besok petang Ahad
Tidak bersua wujud yang satu
Coba tengok dalam tarekat)
Tarekat merupakan salah satu cara bagi masyarakat Melayu untuk mengenal Allah secara lebih baik. Tarekat dianggap salah satu jalan menuju kebenaran yang hakiki, yaitu kebenaran Allah. Orang-orang yang mengikuti tarekat berusaha untuk tidak lagi menggeluti keduniawian secara berlebihan. Fokus utama mereka adalah mencapai keridaan Allah dengan melakukan banyak ibadah.
2. Pengakuan terhadap Nabi Muhammad
Di dalam agama Islam terdapat rukun iman yang di dalamnya terkandung enam hal yang harus dipercayai keberadaannya oleh umat Islam. Rukun iman itu terdiri atas kepercayaan terhadap Allah, malaikat, nabi dan rasul, makhluk-makhluk gaib, qadha baik dan buruk, serta hari akhirat.
Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, rukun iman ketiga yang harus dipercayai oleh umat Islam adalah adanya nabi dan rasul yang diutus Allah untuk membimbing manusia menuju jalan dan keridaan Allah. Banyak nabi yang dikenal di dalam Islam, sementara ada dua puluh lima rasul yang wajib diketahui dan dipercayai. Masing-masing Rasul ini diutus pada umat tertentu kecuali Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Dia merupakan nabi dan Rasul Allah yang terakhir yang ditugaskan untuk memperbaiki akhlak manusia.
Pengakuan terhadap nabi dan rasul dan kepercayaan terhadap banyaknya nabi dan rasul ini muncul di dalam pantun masyarakat Rantau Kuantan sebagai berikut.
banyak la ari pakaro ari
ari jumat ari kito
banyak nabi pakaro nobi
Nobi Muhammad nan nabi kito
(Banyak hari perkara hari
Hari Jumat hari kita
Banyak nabi perkara nabi
Nabi Muhammad yang nabi kita)
Seperti juga pengakuan keislaman seseorang melalui ucapan syahadat Asyhaduallailah aillallah yang mempunyai arti ‘aku mengaku Allah itu satu’, maka pengakuan serupa perlu pula dilakukan terhadap nabi Muhammad dengan lafaz Asyhaduannamuhammadarrasulullah bahwa ‘Muhammad itu utusan Allah’. Tanpa mengabaikan kepercayaan terhadap nabi dan rasul lainnya, Nabi Muhammad memang mendapatkan tempat yang lebih istimewa di hati umat Islam, termasuk masyarakat Rantau Kuantan.
3. Menuntut Ilmu
Di dalam Islam, mempunyai ilmu merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Surat pertama yang turun kepada Nabi Muhamammad SAW adalah surat Al Alaq 1– 5 yang berbunyi:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Jadi, di dalam Islam yang pertama diajarkan adalah anjuran untuk membaca. Membaca adalah bagian dari proses menuntut ilmu. Dengan membaca, baik dalam arti harfiah maupun dalam arti yang lebih luas, yaitu menuntut ilmu, manusia akan mengetahui banyak hal dalam kehidupan. Dia juga dapat mengatasi berbagai kesulitan yang ditemui dengan ilmu yang dipunyainya. Allah bahkan menjanjikan dalam surat Al Mujaadalah ayat 11 “….Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.”
Melalui pemahaman keagamaan yang didapatnya, masyarakat Rantau Kuantan juga sangat menyadari pentingnya ilmu pengetahuan bagi mereka. Hal tersebut tercermin dari pantun yang hidup dalam masyarakat.
tobang tobu tasindayung
tasindayung ka Malako
tuntuik alemu kan ganti payung
payung pandendeng api naroko
(tebang tebu tasindayung
Tasindayung ke Malaka
tuntut ilmu kan ganti payung
payung pendendeng api neraka)
Di dalam pantun di atas, ilmu pengetahuan dikiaskan sebagai payung yang dapat melindungi manusia dari kesilapan karena ketidaktahuan mengenai ajaran agama. Diharapkan dengan demikian manusia tidak akan merasakan azab neraka.
Masyarakat Rantau Kuantan juga menyadari bahwa jika hendak menuntut ilmu, sebaiknya dilakukan sedini mungkin, ketika masih muda. Hal itu disebabkan ketika masih muda, ilmu yang didapat akan cepat terserap dan lama melekat di pikiran. Orang muda yang dianggap masih baik kondisi tubuhnya akan memudahkan proses pencarian ilmu tersebut. Apabila ketika masih muda, orang segan atau malas mencari ilmu, dikhawatirkan ketika tua kondisi kesehatan sudah tidak maksimal lagi untuk mencari ilmu, seperti yang tergambar dalam pantun berikut.
anak buayo di dalam padi
tibo di padi makan racun
kotu mudo sogan mangaji
kini la tuo mata la rabun
(anak buaya di dalam padi
tiba di padi makan racun
waktu muda segan mengaji
kini sudah tua mata sudah rabun)
Pada pantun lain tergambar pula bahwa dengan berguru (menuntut ilmu) dapat mengurangi dosa yang ada pada manusia. Pada dasarnya yang dimaksud dengan hal tersebut adalah dengan ilmu kita dapat mengetahui mana hal-hal yang baik dan mana hal-hal harus dihindari karena tidak diperbolehkan oleh ajaran agama.
marilah kito poi baburu
rusonyo banyak di dalam hutan
marilah kito poi baguru
doso banyak di dalam badan
(marilah kita pergi berburu
rusanya banyak di dalam hutan
marilah kita pergi berguru
dosa banyak di dalam badan)
4. Larangan Meminum Minuman Keras
Di dalam ajaran Islam meminum minuman keras merupakan salah satu dosa besar. Perbuatan meminum minuman keras akan mengakibatkan rentetan perbuatan lain yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Di dalam surat Al Baqorah ayat 219 dinyatakan sebagai berikut.
Mereka bertanya padamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:”Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”:…
Surat tersebut diperkuat pula dengan surat lain yang menyatakan bahwa perbuatan judi merupakan perbuatan setan dan hendaknya dijauhi. Hal tersebut tercantum dalam surat Al Maidah ayat 90:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khmar, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perebuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Masyarakat Rantau Kuantan menasehati orang yang mabuk dengan pantun yang berbunyi sebagai berikut.
sungguah banyak urang manangguak
manangguak indak ado gunonyo
sungguah banyak urang nan mabuak
mabuak indak ado gunonyo
(sungguh banyak orang menangguk
menangguk tidak ada gunanya
sungguh banyak orang yang mabuk
mabuk tidak ada gunanya)
Masyarakat Raantau Kuantan menyadari bahwa perbuatan meminum-minuman keras tidak mempunyai manfaat, bahkan merugikan karena dapat merusak jaringan otak dan mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang negatif.
Selain beberapa ajaran Islam di atas, masih banyak ajaran-ajaran Islam yanng terkandung di dalam pantun masyarakat Melayu Rantau Kuantan, misalnya mengenai larangan berdusta, larangan memfitnah, puasa, dan pandangan mengenai amanah.
(tulisan ini dimuat di Majalah Sagang)
Komentar
Posting Komentar