Masyarakat Kuansing Rayakan Tradisi Puasa Enam


Dipostingkan tanggal 17 September 2010 15:11:00 
Reflizar 
      
Teluk Kuantan, Riau, 17/9 ( ANTARA ) - Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, merayakan tradisi Puasa Enam yang biasanya digelar pada sepekan Idul Fitri.  Perayaan Puasa Enam dilaksanakan masyarakat Kenegerian Koto Tuo Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Jumat, dalam suatu acara kenduri kampung yang juga dihadiri Bupati Kuansing, Sukarmis.
  
Perayaan Puasa Enam dipusatkan di Rumah Godang (Balai Adat) Kenegerian Koto Tuo Baserah. Masyarakat berduyun-duyun datang ke lokasi perayaan sambil masing-masing membawa juadah untuk dimakan secara bersama di balai adat.

"Tradisi budaya yang dimiliki masyarakat Kuantan Singingi sekarang ini memang beragam, akan tetapi sangat sedikit yang muncul ke permukaan, sebagaimana dengan perayaan Hari Raya Enam yang dilaksanakan oleh Kenegerian Koto Tuo Baserah," ungkap Bupati Sukarmis.

  Ia mengatakan, perayaan Puasa Enam dilaksanakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat berpuasa selama enam hari yang dimulai pada hari ketiga Idul Fitri dan setelah enam hari berpuasa di bulan Syawal, biasanya mereka merayakannya dengan mengelar makan bersama di Rumah Godang yang dihadiri ninik mamak serta anak kemananakan dan masyarakat sekampung.

   Sukarmis menjelaskan, daerahnya itu memiliki banyak tradisi  yang perlu dilestarikan karena ada beberapa tradisi yang hidup ditengah masyarakat yang kini kondisinya hampir punah seperti Puasa Enam.

Ia mengakui, masyarakat banyak yang alpa  untuk menunaikan puasa sunat selama enam hari di bulan Syawal. Padahal, berpuasa sunat di bulan Syawal bagi masayrakat di daerah itu merupakan tradisi dan itu sebabnya ada perayaan Puasa Enam.

  "Tradisi merayakan Puasa Enam ini tidak datang begitu saja, akan tetapi telah ada secara turun temurun," katanya.

  Perihal kesukuan yang ada di Kenegerian Koto Tuo terdapat empat suku yaitu Melayu, Suku Cemin, Suku Tigo Kampung dan Suku Limo Kampung.

http://www.antarariau.com/id/modul/11144/masyarakat-kuansing-rayakan-tradisi-puasa-enam.html








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengarang-Pengarang Riau

1.                  Soeman Hs. Soeman Hs lahir di Bengkalis, 4 April 1904. Karya sastra yanng pernah dihasilkannya adalah Kasih Tak Terlerai (1930), Percobaan Setia (1932), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Tebusan Darah (1939), dan Kawan Bergelut (1941). Beberapa orang yang sudah membicarakan karyanya diantaranya Bibra, Sistini Lidya. 1986. “Gambaran Sistem Kehidupan Sosial dalam Karya Soeman Hs..”  Skripsi FKIP Unri dan Suryadi. 1988. “Tinjauan Unsur Intrinsik Roman Karya Soeman Hs..” Skripsi FKIP Unri. Susanti, Eva. 1998. “Tinjauan Roman Tebusan Darah Karya Soeman Hs.”. Skripsi, FKIP Unri. 2. Abdul Kadir Ibrahim Penyair ini lahir 4 Juni 1967 di Kelarik Ulu Bunguran Barat Natuna, Kepulauan Riau. Dia lebih suka dipanggil Akib. Aktif dalam berbagai pertemuan dan seminar yang menyangkut sastra di Pekanbaru. Tidak kurang dari  empat pergelaran teater seperti Nyanyian Pantai Nyanyian Kes...
Baca selengkapnya

Kamus Kecil Bahasa Melayu Dialek Kuantan Singingi (Huruf O dan P)

O obang    = azan obar      = kabar obe       = tau obuak   = rambut ola        = sudah olang     = elang omak     = emak; ibu onam     = enam onau      = enau onok; ontok = diam ontak     = oriak     = teriak orun      = harum osa       = sah ota        = cerita/pembicaraan yang kurang serius; berbual P padam; padom  = padam pakek     = (1) pekat; kental   (2) sangat fasih (?) palito   = pelita; lampu pangkek  = pangkat paragek  = perkakas (?) parikek; pekek  = keranjang dari daun pandan pariuak   = periuk pengkar  = pinggan  = piring makan piriang    = piring polo...
Baca selengkapnya

Cerita "Sutan Nan Garang" dalam Randai Kuantan, Kab. Kuantan Singingi

1. PENGANTAR Cerita rakyat merupakan salah satu bentuk folklor. Cerita ini hidup dan tersebar di dalam masyarakat melalui penceritaan secara lisan dari generasi ke generasi. Menurut William R. Bascom (Danandjaja, 1984:50) cerita rakyat tersebut dapat berbentuk mite, legenda, atau cerita dongeng. Sementara tokohnya dapat berupa manusia dan juga binatang, seperti pada cerita fabel. Di dalam penyampaiannya, cerita rakyat dapat diceritakan tanpa persyaratan tertentu. Cerita dapat disampaikan oleh siapapun yang mengetahui cerita tersebut, kepada siapapun, dalam situasi apapun tanpa diiringi oleh alat apapun. Akan tetapi, ada pula cerita rakyat yang ditampilkan ke hadapan penikmatnya dengan cara tertentu dan dengan dukungan alat-alat tertentu. Salah satu bentuk penyampaian cerita yang ada di Kuantan Singingi adalah randai. Menurut Hamidy (1980:7) randai berasal dari kata berandai-andai, yang berarti ‘yang diumpamakan’ atau ‘yang dimisalkan’. Pendapat tersebut didasari pada bentuk perma...
Baca selengkapnya