Cerpen dan Film "Tentang Dia" : Sebuah Perbandingan
1. Pengantar
Akhir-akhir ini pelayarlebaran karya sastra ke film (ekranisasi) kian marak. Tercatat beberapa di antaranya adalah film Surat untuk Bidadari karya Garin Nugroho yang diinspirasi oleh Surat untuk Tuhan (Gregorio Lopez Y. Fuentes), Film Ayat-Ayat Cinta yang dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama karangan Habiburrahman el Shirazi, dan film Laskar Pelangi yang Andrea Hirata. Fenomena ini masih ditambah dengan munculnya film-film remaja berbasis novel-novel teenlit, seperti film-film seperti Jomblo, Dealova, Cintapuccino, termasuk Tentang Dia (www.Majalah Annida).
“Tentang Dia” ditulis oleh Melly Goeslow yang bukan seorang penulis cerpen. Dia adalah seorang pencipta lagu dan penyanyi yang sangat laris. Cerpen ini merupakan salah satu dari sepuluh cerpen yang ada di dalam sebuah buku berjudul Arrrrrgh… yang terbit pada tahun 2005. Kumpulan cerpen yang diterbitkan Gagas Media ini memuat 10 cerpen yang sebagian besar bertema cinta, yaitu “Tentang Dia”, “Anti, ‘Pilih Aku Dong’”, “Impian Menjemput Badai”, “Aku Ingin Seperti Kamu”, “Sepatu Bertali”, “Suara Sang Kertas”, “Sajak Buat Mimi”, “Satu Hari Sebelumnya”, “Si Merah Pembawa Bencana”, dan “Aku bukan Tuhan” (Sinar Harapan Online).
Sebelum dibuat film, cerpen “Tentang Dia” ini pernah dibuat lagu dengan judul yang sama. Melly menyanyikannya bersama Evan(http:// liriklaguindonesia. net/m/melly-gouslaw/intuisi/melly-goeslaw-feat-evan-tentang-dia/). Cerpen ini juga ditransformasikan ke dalam novel “Tentang Dia” yang ditulis oleh Moammar Emka. Naskah Film “Tentang Dia” ditulis oleh Titien Wattimena dan disutradarai Rudy Sudjarwo dengan pemain Sigi Wimala, Fauzi Baadilla, dan Adinia Wirasti (Jurnal Mingguan Resah).
2. Transformasi Cerpen “Tentang Dia” ke Film “Tentang Dia”
Berdasarkan cerita tidak banyak perubahan yang dilakukan penulis skenario dan sutradara ketika memfilmkan cerpen “Tentang Dia”. Akan tetapi, sebagai sebuah genre yang berbeda dengan media yang berbeda pula, tentu saja pentransformasian cerpen ke film ini memunculkan hal-hal baru. Cerpen dengan media verbal (bahasa; kata-kata) dan film dengan media audio visualnya menuntut penanganan yang berbeda sehingga “pesan” yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau penonton.
Berdasarkan hal tersebut di bawah ini dibicarakan pentransformasian cerpen “Tentang Dia” ke film “Tentang Dia”.
2.1 Sinopsis
Cerpen “Tentang Dia” bercerita mengenai kehidupan Gadis yang bersedih ketika pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya. Masa lalu itu selalu menghantui Gadis. Dia tidak dapat melupakannya. Akibatnya dia menjadi orang yang pendiam, menarik diri dari lingkungannya, dan tidak dapat mempercayai orang lain. Satu-satunya tempat dia mengadu hanya Tuhan. Pengaduannya terhadap Tuhan itu ditulisnya dalam sebuah diari yang tersimpan di laptopnya. Perhatian seorang Randu pun diabaikannya. Kegembiraan Gadis muncul ketika dia bertemu dengan Rudi, seorang perempuan yang ditabraknya secara tidak sengaja. Rudi yang “tomboy”, pemberani, mandiri, dan sangat perhatian dapat membuat gadis kembali ceria. Namun Gadis salah paham karena menganggap Rudi mencintainya sebagai kekasih. Rudi tewas ketika dia terpeleset di sebuah gedung tinggi, tempat dia mengajari Gadis mengenai kebebasan dan supaya dapat berpandangan luas. Gadis bersedih. Dari sebuah diari yang ditinggalkan Rudi, diketahui siapa Gadis sebenarnya. Gadis juga mengetahui bahwa ternyata Rudi yang sebelumnya bernama Dara, menyanyangi dan melindunginya sebagai adik, pengganti adikknya yang tidak dapat dilindunginya dari perlakuan bapaknya. Randu yang mencintai Gadis berupaya menghibur Gadis. Akhirnya Gadis dapat menerima Randu sebagai pacar. Dia pun “menerbangkan” pesawat-pesawat kertas yang dibuatnya dari sebuah gedung tinggi sebagai pertanda keinginannya untuk bebas dan lepas dari masa lalu.
2.2 Perbandingan Plot
Di dalam cerpen, cerita dimulai dengan pemaparan sosok Gadis secara verbal. Pada film pemamparan sosok gadis dilakukan dengan sebuah adegan Gadis sedang di sebuah gym seorang diri. Dia “berlari di tempat” pada sebuah alat olahraga. Adegan ini “berbicara” banyak mengenai sosok Gadis, menggantikan deskripsi verbal yang dilakukan di cerpen. Gadis yang berada sendirian di ruangan sebesar itu mempelihatkan ketidakinginannya berinteraksi dengan orang lain. Pemilihan alat olahraga yang dipakai Gadis juga dapat dimaknai sebagai bentuk keinginan Gadis berlari dari masa lalunya, tetapi tidak berhasil karena dia selalu berlari di tempat. Bagaimanapun usahanya untuk “berlari”, masa lalu tetap mengikutinya.
Setelah itu, baik di cerpen ataupun di film, dideskripsikan perjalanan hidup tokoh gadis yang dicintai Randu, bertemu dengan Rudi, mendapatkan sedikit kebahagian sampai akhirnya Rudi tewas dan dia berbahagia dengan Randu dan meninggalkan masa lalunya yang menyakitkan.
Pada dasarnya cerpen dan film “Tentang Dia” mempunyai plot lurus. Cerita berjalan secara kronologis. Akan tetapi, pada beberapa tempat terdapat flashback yang memperlihatkan peristiwa pada masa lalu. Pada cerpen hal tersebut terlihat, misalnya, pada saat Gadis bercerita mengenai masa lalunya yang dikhianati pacar dan sahabatnya. Sementara pada film, flashback terlihat beberapa kali ketika Gadis membayangkan perselingkuhan pacar dan sahabatnya, juga ketika Rudi terbayang dan “bermimpi” ayahnya menyiksa adiknya. Walaupun terdapat flashback, tetapi cerita tetap berjalan maju.
Walaupun secara garis besar cerita yang ada di cerpen juga ada di film, tetapi kadangkala urutannya dibolak-balik atau event yang tidak berurutan di cerpen menjadi berurutan di film atau sebaliknya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Di dalam cerpen event Rudi mengajak Gadis ke sebuah gedung tinggi dilakukan sebelum memberikan hadiah t-shirt kepada Randu. Sementara di dalam film adegan pemberian t-shirt lebih dahulu dibandingkan adegan menaiki gedung tinggi.
2. Di dalam cerpen event Gadis mulai menyukai Randu adalah ketika Randu menggunakan hadiah ultah yang dia berikan, walaupun kekecilan untuk Randu. Di film, adegan Gadis baru menyukai Randu ketika Rudi tewas dan Randu menghiburnya.
Pembalikan events tersebut tampaknya beranjak dari titik fokus yang berbeda antara cerpen dan film. Di dalam cerpen ada keinginan untuk terlebih dahulu memunculkan perasaan cinta di hati Gadis dibandingkan keinginan untuk menyembuhkan luka di hati Gadis dan membuatnya tegar. Sementara di dalam film, Gadis diajari menjadi orang yang berani menghadapi hidup dan masa lalunya (adegan diajak ke gedung tinggi). Setelah itu, diharapkan dia dapat menerima orang dan cinta lain di hatinya (adegan Randu menghibur Gadis setelah Rudi tewas).
Selain adegan yang dibolak-balik tersebut, terdapat pula
beberapa bagian yang tidak ada di dalam cerpen, tetapi muncul di film. Beberapa di antaranya adalah:
(1)Randu membuka diari Gadis yang terdapat di dalam laptop
Adegan ini berfungsi “mengisi” tempat kosong di dalam cerpen yang tidak memberitahukan cara Randu mengetahui keberadaan Rudi. Pemunculan adegan ini menambah konfliks di dalam film karena membuat Randu cemburu sehingga mereka bertengkar. Akan tetapi, adegan ini juga yang membuat Randu semakin berusaha menarik perhatian Gadis.
(2)Rudi membakar kotak yang berisi foto-foto dan barang-barang kenangan kepunyaan Gadis
Adegan ini berfungsi memperkuat upaya Rudi untuk membuat Gadis lepas dari keterkungkungan masa lalunya. Penambahan adegan ini memperkuat adegan Rudi mengajak Gadis ke atas sebuah gedung tinggi dalam upaya menambah keberanian kepada Gadis dalam menyelesaikan masa lalunya.
Perbedaan lain yang dapat disebutkan adalah penyebab kematian Rudi. Di film kematian Rudi digambarkan karena tertabrak mobil pada suatu malam ketika hari hujan. Sementara di cerpen kematian Rudi karena terpeleset dan jatuh dari gedung tinggi ketika hari hujan.
Secara teknis, alasan perubahan ini disebabkan adegan jatuh dari gedung tinggi, tentu saja, lebih sulit dibuat dibandingkan adegan tertabrak mobil. Alasan lain, “ketiadaan saksi” terpelesetnya Rudi dari gedung tinggi pada saat hari hujan dapat membuat orang, termasuk Gadis, beranggapan Rudi bunuh diri. Hal tersebut bukan membuat konflik di dalam film menjadi “mereda” dan “selesai”, tetapi justru dapat membuat masalah baru, terutama bagi Gadis. Oleh karena itu, adegan Rudi mati karena tertabrak mobil dirasa lebih tepat. Pengalihan tempat ini juga mengakibatkan Gadis tetap berani ke gedung tinggi untuk “menerbangkan” pesawat-pesawat kertasnya, sesuatu yang mungkin tidak terjadi kalau Rudi mati di tempat itu.
2.3 Perbandingan Tokoh
“Tentang Dia” memiliki tiga orang tokoh utama, yaitu Gadis, Rudi, dan Randu. Selain itu, ada pula tokoh Pak Dibyo, Wirda, dan di film ditambah dengan adik Gadis. Ada tulisan ini pembicaraan difokuskan pada tokoh utamanya, yaitu Gadis, Rudi, dan Randu. Ketiganya dibicarakan di bawah ini.
2.3.1 Gadis
Pada cerpen, tokoh Gadis yang pemurung, tertutup dan mengalami kesedihan akibat masa lalunya digambarkan dengan kata-kata secara langsung.Perhatikan kutipan berikut.
Gadis adalah seorang perempuan yang sangat tertutup. Dia tidak bisa mempercayai siapapun juga. Kepahitan akan cintanya telah membuat Gadis menjadi seorang yang penyendiri dan pemurung (hlmn 10).
Di dalam film hal tersebut digambarkan dengan beberapa adegan yang menggiring penonton untuk menyimpulkan watak Gadis, misalnya adegan:
(1)Gadis seorang diri di sebuah gym,
(2)Gadis yang tidak mempunyai teman, selain Randu,
(3)Gadis yang tidak memperhatikan ucapan Randu,
(4)Gadis yang sering berada di kamar dan “melepaskan” perasaannya melalui tulisan di laptop,
(5)Gadis yang kerap membuat pesawat dari kertas,
(6)Gadis yang selalu membayangkan perselingkuhan pacar dan sahabatnya, atau
(7)Gadis yang kerap melihat foto-foto masa lalu yang menyakitkannya.
Di dalam film sebagai genre yang bermedia audio visual,penayangan adegan-adegan di atas lebih memiliki greget dan fungsi dibandingkan apabila disampaikan melalui bahasa verbal. Pada beberapa adegan di atas (1, 5, 6, dan 7)bahkan visual yang dimunculkan nyaris tanpa bahasa verbal. Namun adegan-adegan tersebut mampu “menggiring” penonton untuk menyimpulkan karakter lemah, penyendiri, dan pemurung dari tokoh Gadis.
Di dalam cerpen ada event Gadis melakukan penamparan terhadap Widya, cewek yang menyukai Randu dan mengucapkan kata-kata “pedas” kepada Gadis. Perlawanan ini tidak ditemui di film. Tampaknya hal tersebut untuk menonjolkan sifat Gadis yang “lemah” dan memperkuat sosok Rudi, pelindung Gadis. Kesan tersebut semakin kuat ketika di film pertengkaran antara Gadis dengan Widya dan teman-temannya “diselesaikan” oleh Rudi yang tiba-tiba hadir membantu Gadis. Sementara di cerpen, pembalasan Rudi dilakukan beberapa waktu kemudian.
2.3.2 Rudi (Dara)
Jika dibandingkan sosok Rudi di dalam cerpen dengan film terlihat bahwa sosok Rudi di cerpen terkesan lebih “jantan” dibanding di dalam film. Penggambaran Rudi yang demikian, membuat kesan Rudi sebagai lesbian, yang kental pada cerpen, menjadi lebih samar di film. Tampaknya hal itu disengaja karena sebagian besar masyarakat Indonesia belum “siap” disodori film dengan penyimpangan seksual seperti itu, apalagi film ini ditujukan untuk remaja.
Rudi juga digambarkan lebih ramah, seperti terlihat pada sikapnya terhadap Randu yang makan di warung Pak Dibyo. Keramahan tersebut perlu karena dia berprofesi sebagai pelayan pada warung tersebut. Hal tersebut berbeda dengan sosok Rudi di dalam cerpen yang berprofesi sebagai pengamen di warung pak Dibyo. Profesi ini akrab dengan kehidupan “keras” di jalanan sehingga sosok Rudi pun digambarkan lebih “keras” pula.
Namun sifat berani Rudi tetap ditonjolkan pada kedua genre. Untuk memperkuat kesan bahwa Rudi adalah orang yang berani dibuat satu adegan, yaitu Rudi mengikuti acara unjuk keberanian yang diadakan sebuah stasiun tv. Adegan ini tidak dijumpai di dalam cerpen.
2.3.3 Randu
Di dalam cerpen, Randu disebutkan sebagai playboy kampus yang jatuh cinta kepada Gadis. Sementara di film, Randu adalah cowok “baik-baik” yang dengan sepenuh hati berusaha mendapatkan cinta Gadis dan ingin membuatnya bahagia. Di film, sosok Randu ditampilkan sebagai sosok tanpa cela. Dia memang “dipersiapkan” menjadi hero; penyelamat, dan pangeran impian bagi Gadis. Dengan “misi” seperti itu,kesan playboy dihilangkan dari sosok Randu.
Untuk memperkuat karakter Randu sebagai orang yang penuh perhatian dan serius mencintai Gadis, dibuat adegan yang diperlihatkan Randu dengan memberikan berbagai hadiah kepada Gadis, seperti mug, pena berlampu, dan juga sebuah foto dengan bingkai yang dibuat sendiri oleh Randu.(Pada cerpen, event ini tidak ada).
Perasaan cinta Randu terhadap Gadis terlihat pula ketika Randu terlihat sedih dan kalut ketika Gadis tidak mengacuhkan perasaannya. Berkat kesabaran dan keteguhannya, Randu mendapatkan cinta Gadis pada akhir cerita, walau untuk itu sutradara harus “mematikan” tokoh Rudi.
2.4 Perbandingan Latar
Baik cerpen, maupun film, menampilkan latar yang sama, yaitu kampus, kamar Gadis, warung Pak Dibyo, sebuah gedung tinggi, jalan raya, dan sebagainya. Event yang ada pada cerpen dan adegan pada film bermain pada latar-latar tersebut.
Latar kampus cukup banyak digunakan di dalam film. Latar ini digunakan untuk “mengintensifkan” pertemuan Gadis dan Randu juga berfungsi memunculkan sifat penyendiri dan ketidakacuhan Gadis dan memperlihatkan kepedulian dan kecintaan Randu pada Gadis. Sementara di cerpen latar kampus tidak terlalu banyak diungkap untuk memunculkan kedua tokoh utama. Pendekatan yang dilakukan Randu terhadap Gadis seringkali tidak disertai latar tertentu.
Latar kamar tidur Gadis difungsikan untuk menyampaikan sosok Gadis yang hanya mempercayakan ceritanya kepada Tuhan. Fungsi ini sangat menonjol di dalam film dibandingkan cerpen. Ekspresi Gadis ketika menulis diari di laptopnya, kotak berisi foto-foto Gadis, pacar, dan sahabatnya, dan pesawat-pesawat kertas yang terus bertambah memperjelas dan memperkokoh sosok Gadis yang sesungguhnya. Kotak berisi foto-foto tersebut mempertegas ketidakberdayaan Gadis menghapus masa lalunya. Pesawat-pesawat kertas itu merupakan jelmaan keinginannya untuk bebas dari masa lalu (pesawat ini akhirnya dapat “diterbangkan” Gadis dari atas gedung tinggi).
Latar lain adalah warung Pak Dibyo. Tempat ini dan juga sosok Pak Dibyo, merupakan tempat mempererat hubungan Gadis dengan Rudi. Tempat ini juga “memperlihatkan” sosok Rudi. Pada film tempat ini juga merupakan saksi kegundahan Randu atas sikap Gadis padanya.
Salah satu latar yang sangat penting adalah sebuah Gedung tinggi. Tempat ini memperlihatkan perbedaan sosok Gadis yang penakut; lemah dengan sosok Rudi yang pemberani. Di tempat ini pula Gadis diajar untuk berani dan melihat sesuatu dari perspektif lain, perspektif yang lebih luas mengenai suatu masalah. Tempat ini pula yang digunakan Gadis melepaskan pesawat-pesawat kertasnya yang dibuatnya selama ini; sebuah adegan yang dimaknai sebagai keterlepasan dan kebebasan Gadis dari masa lalu.
Di cerpen latar ini pula tempat Rudi mengalami kecelakaan sehingga akhirnya tewas. Sementara di film Rudi tewas tertabrak sebuah mobil di suatu malam yang berhujan.
3.Penutup
Pembicaraan mengenai cerpen dan film “Tentang Dia” di atas sangatlah singkat. Namun dari pembicaraan tersebut diketahui bahwa transformasi cerpen ke film memperlihatkan adanya pernedaan-perbedaan, walaupun penulis skenario dan sutradara berusaha untuk “setia” pada teks yang dibacanya. Akan tetapi, perbedaan media yang digunakan memunculkan perbedaan-perbedaan yang “harus” dilakukan supaya film tersebut menjadi lebih menarik dan pesan yang hendak dikemukakan sampai kepada penonton.
Daftar Pustaka
Goeslow, Melly. 2005. ”Tentang Dia” dalam Kumpulan Cerpen “Arrrrrgh…”. Jakarta: Gagas Media.
Film ”Tentang Dia”
http://referensiabsah.blog.friendster.com/2005/05/tentang-dia-what-was-it-anyway/Jurnal Mingguan Resah.
Lagu “Tentang Dia”. http://liriklaguindonesia.net/m/melly-gouslaw/intuisi/melly-goeslaw-feat-evan-tentang-dia/).
Melly Goeslaw Bikin Cerpen. Sinar Harapan. Senin, 13 Desember 2004.
Novel Instan Hasil Pesanan. Majalah Annida Online. Rubrik Aksara ini dimuat di ANnida edisi 05/XVII/Januari 2008.
Akhir-akhir ini pelayarlebaran karya sastra ke film (ekranisasi) kian marak. Tercatat beberapa di antaranya adalah film Surat untuk Bidadari karya Garin Nugroho yang diinspirasi oleh Surat untuk Tuhan (Gregorio Lopez Y. Fuentes), Film Ayat-Ayat Cinta yang dibuat berdasarkan novel dengan judul yang sama karangan Habiburrahman el Shirazi, dan film Laskar Pelangi yang Andrea Hirata. Fenomena ini masih ditambah dengan munculnya film-film remaja berbasis novel-novel teenlit, seperti film-film seperti Jomblo, Dealova, Cintapuccino, termasuk Tentang Dia (www.Majalah Annida).
“Tentang Dia” ditulis oleh Melly Goeslow yang bukan seorang penulis cerpen. Dia adalah seorang pencipta lagu dan penyanyi yang sangat laris. Cerpen ini merupakan salah satu dari sepuluh cerpen yang ada di dalam sebuah buku berjudul Arrrrrgh… yang terbit pada tahun 2005. Kumpulan cerpen yang diterbitkan Gagas Media ini memuat 10 cerpen yang sebagian besar bertema cinta, yaitu “Tentang Dia”, “Anti, ‘Pilih Aku Dong’”, “Impian Menjemput Badai”, “Aku Ingin Seperti Kamu”, “Sepatu Bertali”, “Suara Sang Kertas”, “Sajak Buat Mimi”, “Satu Hari Sebelumnya”, “Si Merah Pembawa Bencana”, dan “Aku bukan Tuhan” (Sinar Harapan Online).
Sebelum dibuat film, cerpen “Tentang Dia” ini pernah dibuat lagu dengan judul yang sama. Melly menyanyikannya bersama Evan(http:// liriklaguindonesia. net/m/melly-gouslaw/intuisi/melly-goeslaw-feat-evan-tentang-dia/). Cerpen ini juga ditransformasikan ke dalam novel “Tentang Dia” yang ditulis oleh Moammar Emka. Naskah Film “Tentang Dia” ditulis oleh Titien Wattimena dan disutradarai Rudy Sudjarwo dengan pemain Sigi Wimala, Fauzi Baadilla, dan Adinia Wirasti (Jurnal Mingguan Resah).
2. Transformasi Cerpen “Tentang Dia” ke Film “Tentang Dia”
Berdasarkan cerita tidak banyak perubahan yang dilakukan penulis skenario dan sutradara ketika memfilmkan cerpen “Tentang Dia”. Akan tetapi, sebagai sebuah genre yang berbeda dengan media yang berbeda pula, tentu saja pentransformasian cerpen ke film ini memunculkan hal-hal baru. Cerpen dengan media verbal (bahasa; kata-kata) dan film dengan media audio visualnya menuntut penanganan yang berbeda sehingga “pesan” yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau penonton.
Berdasarkan hal tersebut di bawah ini dibicarakan pentransformasian cerpen “Tentang Dia” ke film “Tentang Dia”.
2.1 Sinopsis
Cerpen “Tentang Dia” bercerita mengenai kehidupan Gadis yang bersedih ketika pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya. Masa lalu itu selalu menghantui Gadis. Dia tidak dapat melupakannya. Akibatnya dia menjadi orang yang pendiam, menarik diri dari lingkungannya, dan tidak dapat mempercayai orang lain. Satu-satunya tempat dia mengadu hanya Tuhan. Pengaduannya terhadap Tuhan itu ditulisnya dalam sebuah diari yang tersimpan di laptopnya. Perhatian seorang Randu pun diabaikannya. Kegembiraan Gadis muncul ketika dia bertemu dengan Rudi, seorang perempuan yang ditabraknya secara tidak sengaja. Rudi yang “tomboy”, pemberani, mandiri, dan sangat perhatian dapat membuat gadis kembali ceria. Namun Gadis salah paham karena menganggap Rudi mencintainya sebagai kekasih. Rudi tewas ketika dia terpeleset di sebuah gedung tinggi, tempat dia mengajari Gadis mengenai kebebasan dan supaya dapat berpandangan luas. Gadis bersedih. Dari sebuah diari yang ditinggalkan Rudi, diketahui siapa Gadis sebenarnya. Gadis juga mengetahui bahwa ternyata Rudi yang sebelumnya bernama Dara, menyanyangi dan melindunginya sebagai adik, pengganti adikknya yang tidak dapat dilindunginya dari perlakuan bapaknya. Randu yang mencintai Gadis berupaya menghibur Gadis. Akhirnya Gadis dapat menerima Randu sebagai pacar. Dia pun “menerbangkan” pesawat-pesawat kertas yang dibuatnya dari sebuah gedung tinggi sebagai pertanda keinginannya untuk bebas dan lepas dari masa lalu.
2.2 Perbandingan Plot
Di dalam cerpen, cerita dimulai dengan pemaparan sosok Gadis secara verbal. Pada film pemamparan sosok gadis dilakukan dengan sebuah adegan Gadis sedang di sebuah gym seorang diri. Dia “berlari di tempat” pada sebuah alat olahraga. Adegan ini “berbicara” banyak mengenai sosok Gadis, menggantikan deskripsi verbal yang dilakukan di cerpen. Gadis yang berada sendirian di ruangan sebesar itu mempelihatkan ketidakinginannya berinteraksi dengan orang lain. Pemilihan alat olahraga yang dipakai Gadis juga dapat dimaknai sebagai bentuk keinginan Gadis berlari dari masa lalunya, tetapi tidak berhasil karena dia selalu berlari di tempat. Bagaimanapun usahanya untuk “berlari”, masa lalu tetap mengikutinya.
Setelah itu, baik di cerpen ataupun di film, dideskripsikan perjalanan hidup tokoh gadis yang dicintai Randu, bertemu dengan Rudi, mendapatkan sedikit kebahagian sampai akhirnya Rudi tewas dan dia berbahagia dengan Randu dan meninggalkan masa lalunya yang menyakitkan.
Pada dasarnya cerpen dan film “Tentang Dia” mempunyai plot lurus. Cerita berjalan secara kronologis. Akan tetapi, pada beberapa tempat terdapat flashback yang memperlihatkan peristiwa pada masa lalu. Pada cerpen hal tersebut terlihat, misalnya, pada saat Gadis bercerita mengenai masa lalunya yang dikhianati pacar dan sahabatnya. Sementara pada film, flashback terlihat beberapa kali ketika Gadis membayangkan perselingkuhan pacar dan sahabatnya, juga ketika Rudi terbayang dan “bermimpi” ayahnya menyiksa adiknya. Walaupun terdapat flashback, tetapi cerita tetap berjalan maju.
Walaupun secara garis besar cerita yang ada di cerpen juga ada di film, tetapi kadangkala urutannya dibolak-balik atau event yang tidak berurutan di cerpen menjadi berurutan di film atau sebaliknya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Di dalam cerpen event Rudi mengajak Gadis ke sebuah gedung tinggi dilakukan sebelum memberikan hadiah t-shirt kepada Randu. Sementara di dalam film adegan pemberian t-shirt lebih dahulu dibandingkan adegan menaiki gedung tinggi.
2. Di dalam cerpen event Gadis mulai menyukai Randu adalah ketika Randu menggunakan hadiah ultah yang dia berikan, walaupun kekecilan untuk Randu. Di film, adegan Gadis baru menyukai Randu ketika Rudi tewas dan Randu menghiburnya.
Pembalikan events tersebut tampaknya beranjak dari titik fokus yang berbeda antara cerpen dan film. Di dalam cerpen ada keinginan untuk terlebih dahulu memunculkan perasaan cinta di hati Gadis dibandingkan keinginan untuk menyembuhkan luka di hati Gadis dan membuatnya tegar. Sementara di dalam film, Gadis diajari menjadi orang yang berani menghadapi hidup dan masa lalunya (adegan diajak ke gedung tinggi). Setelah itu, diharapkan dia dapat menerima orang dan cinta lain di hatinya (adegan Randu menghibur Gadis setelah Rudi tewas).
Selain adegan yang dibolak-balik tersebut, terdapat pula
beberapa bagian yang tidak ada di dalam cerpen, tetapi muncul di film. Beberapa di antaranya adalah:
(1)Randu membuka diari Gadis yang terdapat di dalam laptop
Adegan ini berfungsi “mengisi” tempat kosong di dalam cerpen yang tidak memberitahukan cara Randu mengetahui keberadaan Rudi. Pemunculan adegan ini menambah konfliks di dalam film karena membuat Randu cemburu sehingga mereka bertengkar. Akan tetapi, adegan ini juga yang membuat Randu semakin berusaha menarik perhatian Gadis.
(2)Rudi membakar kotak yang berisi foto-foto dan barang-barang kenangan kepunyaan Gadis
Adegan ini berfungsi memperkuat upaya Rudi untuk membuat Gadis lepas dari keterkungkungan masa lalunya. Penambahan adegan ini memperkuat adegan Rudi mengajak Gadis ke atas sebuah gedung tinggi dalam upaya menambah keberanian kepada Gadis dalam menyelesaikan masa lalunya.
Perbedaan lain yang dapat disebutkan adalah penyebab kematian Rudi. Di film kematian Rudi digambarkan karena tertabrak mobil pada suatu malam ketika hari hujan. Sementara di cerpen kematian Rudi karena terpeleset dan jatuh dari gedung tinggi ketika hari hujan.
Secara teknis, alasan perubahan ini disebabkan adegan jatuh dari gedung tinggi, tentu saja, lebih sulit dibuat dibandingkan adegan tertabrak mobil. Alasan lain, “ketiadaan saksi” terpelesetnya Rudi dari gedung tinggi pada saat hari hujan dapat membuat orang, termasuk Gadis, beranggapan Rudi bunuh diri. Hal tersebut bukan membuat konflik di dalam film menjadi “mereda” dan “selesai”, tetapi justru dapat membuat masalah baru, terutama bagi Gadis. Oleh karena itu, adegan Rudi mati karena tertabrak mobil dirasa lebih tepat. Pengalihan tempat ini juga mengakibatkan Gadis tetap berani ke gedung tinggi untuk “menerbangkan” pesawat-pesawat kertasnya, sesuatu yang mungkin tidak terjadi kalau Rudi mati di tempat itu.
2.3 Perbandingan Tokoh
“Tentang Dia” memiliki tiga orang tokoh utama, yaitu Gadis, Rudi, dan Randu. Selain itu, ada pula tokoh Pak Dibyo, Wirda, dan di film ditambah dengan adik Gadis. Ada tulisan ini pembicaraan difokuskan pada tokoh utamanya, yaitu Gadis, Rudi, dan Randu. Ketiganya dibicarakan di bawah ini.
2.3.1 Gadis
Pada cerpen, tokoh Gadis yang pemurung, tertutup dan mengalami kesedihan akibat masa lalunya digambarkan dengan kata-kata secara langsung.Perhatikan kutipan berikut.
Gadis adalah seorang perempuan yang sangat tertutup. Dia tidak bisa mempercayai siapapun juga. Kepahitan akan cintanya telah membuat Gadis menjadi seorang yang penyendiri dan pemurung (hlmn 10).
Di dalam film hal tersebut digambarkan dengan beberapa adegan yang menggiring penonton untuk menyimpulkan watak Gadis, misalnya adegan:
(1)Gadis seorang diri di sebuah gym,
(2)Gadis yang tidak mempunyai teman, selain Randu,
(3)Gadis yang tidak memperhatikan ucapan Randu,
(4)Gadis yang sering berada di kamar dan “melepaskan” perasaannya melalui tulisan di laptop,
(5)Gadis yang kerap membuat pesawat dari kertas,
(6)Gadis yang selalu membayangkan perselingkuhan pacar dan sahabatnya, atau
(7)Gadis yang kerap melihat foto-foto masa lalu yang menyakitkannya.
Di dalam film sebagai genre yang bermedia audio visual,penayangan adegan-adegan di atas lebih memiliki greget dan fungsi dibandingkan apabila disampaikan melalui bahasa verbal. Pada beberapa adegan di atas (1, 5, 6, dan 7)bahkan visual yang dimunculkan nyaris tanpa bahasa verbal. Namun adegan-adegan tersebut mampu “menggiring” penonton untuk menyimpulkan karakter lemah, penyendiri, dan pemurung dari tokoh Gadis.
Di dalam cerpen ada event Gadis melakukan penamparan terhadap Widya, cewek yang menyukai Randu dan mengucapkan kata-kata “pedas” kepada Gadis. Perlawanan ini tidak ditemui di film. Tampaknya hal tersebut untuk menonjolkan sifat Gadis yang “lemah” dan memperkuat sosok Rudi, pelindung Gadis. Kesan tersebut semakin kuat ketika di film pertengkaran antara Gadis dengan Widya dan teman-temannya “diselesaikan” oleh Rudi yang tiba-tiba hadir membantu Gadis. Sementara di cerpen, pembalasan Rudi dilakukan beberapa waktu kemudian.
2.3.2 Rudi (Dara)
Jika dibandingkan sosok Rudi di dalam cerpen dengan film terlihat bahwa sosok Rudi di cerpen terkesan lebih “jantan” dibanding di dalam film. Penggambaran Rudi yang demikian, membuat kesan Rudi sebagai lesbian, yang kental pada cerpen, menjadi lebih samar di film. Tampaknya hal itu disengaja karena sebagian besar masyarakat Indonesia belum “siap” disodori film dengan penyimpangan seksual seperti itu, apalagi film ini ditujukan untuk remaja.
Rudi juga digambarkan lebih ramah, seperti terlihat pada sikapnya terhadap Randu yang makan di warung Pak Dibyo. Keramahan tersebut perlu karena dia berprofesi sebagai pelayan pada warung tersebut. Hal tersebut berbeda dengan sosok Rudi di dalam cerpen yang berprofesi sebagai pengamen di warung pak Dibyo. Profesi ini akrab dengan kehidupan “keras” di jalanan sehingga sosok Rudi pun digambarkan lebih “keras” pula.
Namun sifat berani Rudi tetap ditonjolkan pada kedua genre. Untuk memperkuat kesan bahwa Rudi adalah orang yang berani dibuat satu adegan, yaitu Rudi mengikuti acara unjuk keberanian yang diadakan sebuah stasiun tv. Adegan ini tidak dijumpai di dalam cerpen.
2.3.3 Randu
Di dalam cerpen, Randu disebutkan sebagai playboy kampus yang jatuh cinta kepada Gadis. Sementara di film, Randu adalah cowok “baik-baik” yang dengan sepenuh hati berusaha mendapatkan cinta Gadis dan ingin membuatnya bahagia. Di film, sosok Randu ditampilkan sebagai sosok tanpa cela. Dia memang “dipersiapkan” menjadi hero; penyelamat, dan pangeran impian bagi Gadis. Dengan “misi” seperti itu,kesan playboy dihilangkan dari sosok Randu.
Untuk memperkuat karakter Randu sebagai orang yang penuh perhatian dan serius mencintai Gadis, dibuat adegan yang diperlihatkan Randu dengan memberikan berbagai hadiah kepada Gadis, seperti mug, pena berlampu, dan juga sebuah foto dengan bingkai yang dibuat sendiri oleh Randu.(Pada cerpen, event ini tidak ada).
Perasaan cinta Randu terhadap Gadis terlihat pula ketika Randu terlihat sedih dan kalut ketika Gadis tidak mengacuhkan perasaannya. Berkat kesabaran dan keteguhannya, Randu mendapatkan cinta Gadis pada akhir cerita, walau untuk itu sutradara harus “mematikan” tokoh Rudi.
2.4 Perbandingan Latar
Baik cerpen, maupun film, menampilkan latar yang sama, yaitu kampus, kamar Gadis, warung Pak Dibyo, sebuah gedung tinggi, jalan raya, dan sebagainya. Event yang ada pada cerpen dan adegan pada film bermain pada latar-latar tersebut.
Latar kampus cukup banyak digunakan di dalam film. Latar ini digunakan untuk “mengintensifkan” pertemuan Gadis dan Randu juga berfungsi memunculkan sifat penyendiri dan ketidakacuhan Gadis dan memperlihatkan kepedulian dan kecintaan Randu pada Gadis. Sementara di cerpen latar kampus tidak terlalu banyak diungkap untuk memunculkan kedua tokoh utama. Pendekatan yang dilakukan Randu terhadap Gadis seringkali tidak disertai latar tertentu.
Latar kamar tidur Gadis difungsikan untuk menyampaikan sosok Gadis yang hanya mempercayakan ceritanya kepada Tuhan. Fungsi ini sangat menonjol di dalam film dibandingkan cerpen. Ekspresi Gadis ketika menulis diari di laptopnya, kotak berisi foto-foto Gadis, pacar, dan sahabatnya, dan pesawat-pesawat kertas yang terus bertambah memperjelas dan memperkokoh sosok Gadis yang sesungguhnya. Kotak berisi foto-foto tersebut mempertegas ketidakberdayaan Gadis menghapus masa lalunya. Pesawat-pesawat kertas itu merupakan jelmaan keinginannya untuk bebas dari masa lalu (pesawat ini akhirnya dapat “diterbangkan” Gadis dari atas gedung tinggi).
Latar lain adalah warung Pak Dibyo. Tempat ini dan juga sosok Pak Dibyo, merupakan tempat mempererat hubungan Gadis dengan Rudi. Tempat ini juga “memperlihatkan” sosok Rudi. Pada film tempat ini juga merupakan saksi kegundahan Randu atas sikap Gadis padanya.
Salah satu latar yang sangat penting adalah sebuah Gedung tinggi. Tempat ini memperlihatkan perbedaan sosok Gadis yang penakut; lemah dengan sosok Rudi yang pemberani. Di tempat ini pula Gadis diajar untuk berani dan melihat sesuatu dari perspektif lain, perspektif yang lebih luas mengenai suatu masalah. Tempat ini pula yang digunakan Gadis melepaskan pesawat-pesawat kertasnya yang dibuatnya selama ini; sebuah adegan yang dimaknai sebagai keterlepasan dan kebebasan Gadis dari masa lalu.
Di cerpen latar ini pula tempat Rudi mengalami kecelakaan sehingga akhirnya tewas. Sementara di film Rudi tewas tertabrak sebuah mobil di suatu malam yang berhujan.
3.Penutup
Pembicaraan mengenai cerpen dan film “Tentang Dia” di atas sangatlah singkat. Namun dari pembicaraan tersebut diketahui bahwa transformasi cerpen ke film memperlihatkan adanya pernedaan-perbedaan, walaupun penulis skenario dan sutradara berusaha untuk “setia” pada teks yang dibacanya. Akan tetapi, perbedaan media yang digunakan memunculkan perbedaan-perbedaan yang “harus” dilakukan supaya film tersebut menjadi lebih menarik dan pesan yang hendak dikemukakan sampai kepada penonton.
Daftar Pustaka
Goeslow, Melly. 2005. ”Tentang Dia” dalam Kumpulan Cerpen “Arrrrrgh…”. Jakarta: Gagas Media.
Film ”Tentang Dia”
http://referensiabsah.blog.friendster.com/2005/05/tentang-dia-what-was-it-anyway/Jurnal Mingguan Resah.
Lagu “Tentang Dia”. http://liriklaguindonesia.net/m/melly-gouslaw/intuisi/melly-goeslaw-feat-evan-tentang-dia/).
Melly Goeslaw Bikin Cerpen. Sinar Harapan. Senin, 13 Desember 2004.
Novel Instan Hasil Pesanan. Majalah Annida Online. Rubrik Aksara ini dimuat di ANnida edisi 05/XVII/Januari 2008.
Komentar
Posting Komentar